Laporkan Penyalahgunaan

Ganti Judul dan ALt sendiri

Stop Perundungan Tebar Kebaikan Lewat Konferensi Kebaikan Indonesia

2 komentar

Stop Perundungan Tebar Kebaikan Lewat Konferensi Kebaikan Indonesia

Stop Perundungan Tebar Kebaikan Lewat Konferensi Kebaikan Indonesia. Stop Bullying adalah sebuah gagasan yang sering dikampanyekan berbagai pihak. Tetapi apakah bullying benar-benar berhenti terjadi? Nyatanya tidak.. masih banyak orang yang terkena bullying dengan alasan yang tidak jelas khususnya pada anak-anak.

Disini aku ingin menceritakan sedikit kisahku bersama teman-temanku yang lain. Mendengarkan kisah saudaraku yang lain. Berbagi cerita suka duka yang kami alami dan mencoba mengerti satu sama lain.

Kisah ini berawal saat aku mengikuti sebuah challenge kebaikan dari U-Reporter di sosial media. Awalnya aku hanya iseng mengikuti challenge ini dan tidak berekspektasi bisa ikut Konferensi Kebaikan Indonesia dan menjadi bagian dari Kindness Leaders Indonesia.

Namun Tuhan memberikan kesempatan ini. Aku sendiri sangat merasa terhormat bisa terpilih menjadi 360 peserta terpilih dari 4000 lebih pendaftar. Dan aku sangat bersyukur diberi kesempatan sebesar ini.

Konferensi Kebaikan Indonesia adalah sebuah program yang dibentuk oleh U-Repoting bersama UNICEF Indonesia yang bertujuan untuk menyebarkan kebaikan dan empati untuk mengakhiri perundungan, serta tindak kekerasan pada anak-anak. Konferensi ini dilakukan selama 3 hari mulai dari tanggal 26-28 Juni 2021.

Bullying adalah sebuah tindakan yang tidak baik terhadap orang lain. Bullying merupakan penggunaan kekuatan, intimidasi, ancaman, atau perilaku mendominasi orang lain yang dilakukan secara berulang dan menjadi suatu kebiasaan.

Jenis-jenis Bullying

1. Fisik

Jenis bullying ini adalah tindak melukai tubuh seseorang atau merusak harta benda seseorang.

2. Verbal

Bullying Verbal adalah bullying yang dilakukan dengan cara mengejek, menghina, menyebar gosip atau fitnah, dan mengancam. Jenis bullying ini sering terjadi disekitar kita bahkan tanpa kita sadari


3. Relasional

Jenis Bullying ini adalah jenis bullying dengan bentuk tindakan untuk mengasingkan seseorang dari komunitasnya. seperti pandangan sinis, taa yang mengejek, dan bahasa tubuh yang merendahkan.


4. Cyberbullying

Cyberbullying adalah jenis bullying yang dilakukan menggunakan teknologi seperti melecehkan, mengancam, mempermalukan, atau yang paling sering terjadi adalah body shamingBullying jenis ini sangat marak terjadi apalagi di tengah pandemi pada saat ini.


Seperti yang kita ketahui bahwa tindak bullying akan sangat berdampak buruk pada korban baik secara fisik maupun mental. Seperti luka fisik, depresi, kehilangan kepercayaan diri, cemas, menjadi agresif, dan yang paling parah adalah bunuh diri.

Jika korban bully sudah sampai tahap bunuh diri siapa yang mau disalahkan? Pelaku bullying? penonton bullying? atau orang-orang yang apatis? Menurutku semua orang tersebut bersalah dan secara tidak sengaja membuat korban kehilangan nyawanya dengan bunuh diri

Tindak bully sering terjadi disekitar kita bahkan tanpa kita sadari. Tindak bullying akan terus terjadi jika kita memandang seolah tindakan tersebut adalah tindakan yang biasa dan wajar.


Konferensi Kebaikan Indonesia


Di hari pertama, aku berkesempatan bertemu orang-orang hebat seperti Najwa Shihab, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dan Kepala Pusat Penguatan Karakter Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI, serta Siwon Choi.

Disini aku belajar bahwa untuk menghentikan perundungan bisa dilakukan dengan menanamkan rasa empati pada diri kita.

Melalui rasa empati maka kita akan merasakan ada diposisi orang lain, memahami perasaan orang lain, dan memahami sudut pandang orang lain. Empati memiliki peran penting dalam membangun hubungan antar manusia dan sebagai makhluk sosial, tentu kita membutuhkan manusia lain untuk menjalani kehidupan ini

Untuk memunculkan perasaan empati maka kita harus lebih peka terhadap sekitar. Misalnya dengan peduli terhadap lingkungan sekitar, peduli akan keadaan orang-orang sekitar, dan tidak abai saat terjadi tindak bullying di sekitar kita.

Sebelumnya aku adalah orang yang bisa dibilang tidak peduli pada omongan orang lain, tidak peduli terhadap permasalahan orang lain, dan tidak peduli tanggapan orang lain, bahkan aku dulunya adalah penonton bullying. Jadi aku tidak peduli apakah ada tindak bullying di sekitarku atau tidak karena aku merasa bahwa itu bukan urusanku. Lambat laun serta melalui konferensi ini aku menjadi sadar untuk tidak menjadi orang yang cuek dan aku harus memiliki sikap empati yang lebih.

Kita juga perlu memberikan kesempatan pada orang lain untuk speak up dan mengemukakan apa yang mereka ingin sampaikan. Semua orang berhak untuk bersuara dan jangan takut untuk bersuara. Karena semua manusia memiliki hak untuk bersuara.


Stop Perundungan Sebar Kebaikan Lewat Konferensi Kebaikan Indonesia

 

If you don't speak up then the world know your exist 

-Najwa Shihab 


Selain itu, kita juga perlu menjadi pendengar yang baik. Masih banyak korban bullying yang tidak berani untuk speak up dikarenakan ketakutan mereka pendengar malah menyalahkan mereka.

Menjadi pendengar yang baik bukanlah hal yang buruk. Jika memang kita tidak bisa memberi solusi, maka setidaknya korban memiliki tempat untuk bercerita. 


Stop Perundungan Tebar Kebaikan Lewat Konferensi Kebaikan Indonesia



Be brave, life is precious. You are precious, you are not alone. Nobody has the right to make you feel small. You can do this
- Siwon Choi 



Serta untuk kamu korban bullying, jangan merasa bahwa kamu sendiri. Masih banyak orang yang menyayangimu dan jangan jadikan bullying menjadi penghalang untuk melanjutkan hidupmu.


Lalu bagaimana cara tidak menjadikan bullying sebagai penghalang untuk melanjutkan hidup?


Jawaban ini aku dapatkan saat mengikuti konferensi di hari kedua. Pada hari ini aku berkesempatan bertemu dengan Mutiara Azka, Layanan Sejiwa, Himpunan Psikologi Indonesia, dan Rubby Emir. Pada konferensi hari kedua aku belajar tentang self love, mindfulness, dan mental health.

Salah satu faktor yang bisa merusak mental health adalah bullying. Bullying dapat membuat seseorang tidak percaya diri, kehilangan motivasi untuk hidup, depresi, perasaan cemas dll.

Tingkat ketahanan mental seseorang tidak bisa disama ratakan. Ada sebagian orang yang tidak terlalu peduli apa kata orang dan ada juga sebagian orang yang benar-benar peduli apa kata orang.

Jika memang kita mengalami tindak bullying, pasti kita merasakan emosi yang tidak mengenakan. Ada sebagian orang yang melampiaskan emosi tersebut dengan mem-bully orang lain, ada juga yang memendam hingga depresi, dan ada juga yang melampiaskan emosi tersebut lewat sebuah karya.


Stop Perundungan Tebar Kebaikan Lewat Konferensi Kebaikan Indonesia

Lampiaskan segala kemarahan, kekesalan, dan emosimu lewat sebuah karya. 

Mutiara Azka


Tingkat ketahanan mental seseorang tidak bisa disama ratakan. Ada sebagian orang yang tidak terlalu peduli apa kata orang dan ada juga sebagian orang yang benar-benar peduli apa kata orang.

Jadikan bully-an yang kamu dapatkan sebagai pupuk untuk menyuburkan diri kamu sendiri. Membentuk dirimu menjadi orang yang lebih ber-value dan tangguh. Dengan begitu kamu akan menjadi orang yang lebih baik dan sehat secara mental. 

Menelan hal-hal negatif yang dikatakan orang lain itu tidak baik dan akan membuat kesehatan mental kita menurun.Buang segala sisi negatif dan yang perlu kita lakukan adalah mengambil sisi positif setiap peristiwa yang pernah terjadi dalam hidup kita.

Jadikan bully-an yang kamu dapatkan sebagai pupuk untuk menyuburkan diri kamu sendiri

Tapi aku tahu semua itu tentu tidak mudah, dan pasti banyak juga dari kalian yang mengalami bully bahkan mungkin hingga saat ini. Namun aku percaya bahwa kalian pasti bisa keluar dari lingkaran setan tersebut.


Lalu bagaimana cara agar terlepas dari lingkaran setan tersebut?


Dan di hari ketiga, aku berkesempatan bertemu dengan Angga D. Martha, Ija Syahruni, Farida Andriani, dan Najeela Shihab. Kali ini pembahasan kami seputar advokasi, lokakarya, dan empati vs hukuman.

Pada hari terakhir ini, aku belajar bahwa kita bisa keluar dari lingkaran bully dengan menjadi agen perubahan. Menjadi orang yang menyebarkan kebaikan. Namun, sebagian orang pasti menganggap bahwa kita “sok pahlawan” tetapi tenang, kita ada dijalan yang benar.

Untuk menyebarkan kebaikan tentu saja kita membutuhkan rekan untuk berkolaborasi. Mencari rekan yang memiliki satu kesamaan untuk menyebarkan kebaikan dan menghentikan perundungan.

Kita bisa memulai hal tersebut dengan bergabung ke Forum Anak setiap daerah, bergabung di komunitas kepemudaan, dan mengikuti kampanye tentang perundungan serta mental health. Selain itu kita juga bisa mengadakan advokasi, webinar, ataupun konferensi yang bertujuan untuk menyebar kebaikan

Banyak yang dilakukan untuk menyebarkan kebaikan. Menebar kebaikan tidak harus mahal. Kita bisa memulai dari lingkungan kita sendiri. Jadilah pantang menyerah dan percayalah bahwa dunia akan semakin menyenangkan tanpa perundungan.

Jika memang kalian mengalami tindak bullying, kalian bisa melaporkan kepada orang tua, guru, maupun orang yang kalian percaya. Tetapi jika orang-orang tersebut kurang peduli, maka kalian bisa meminta pertolongan kepada:


Layanan Sejiwa: 119 ext 8

Telepon Pelayanan Sosial Anak (TePSA) : 1 500 711

Layanan SAPA (untuk isu kekerasan terhadap perempuan dan anak): 129


Terimakasih telah membaca cerita Konferensi Kebaikan Indonesia ini hingga akhir. Bagi kalian yang ingin menonton Konferensi Kebaikan indonesia, bisa langsung nonton di channel Youtubenya Unicef Indonesia. 

Terimakasih juga untuk UNICEF Indonesia yang telah memberikan kesempatan ini. Mari kita sebarkan kebaikan dan stop perundungan.


Sigalia DP
Hello This Is Sigalia DP Welcome to my Blog! Here I share experiences and things I like. I hope you enjoy it..

Related Posts

2 komentar

Posting Komentar