Laporkan Penyalahgunaan

Ganti Judul dan ALt sendiri

Penuh Plot Twist! || [Film Review] Mencuri Raden Saleh

Mencuri Raden Saleh

 I'm back!


Setelah satu tahun hiatus dari dunia blogging, akhirnya dibulan ini aku memutuskan untuk kembali menulis lagi. Menghilang selama satu tahun tentu bukan tanpa alasan, aku hiatus karena mau fokus masuk perguruan tinggi dan alhamdulillah sekarang diterima di salah satu PTN di Surabaya. Actually not my dream university, but i'm very grateful bisa masuk disini.

Kali ini aku akan review satu film yang lagi booming. Usut punya usut film ini mengusung genre baru di dunia perfilman Indonesia. Genre yang diusung adalah genre heist atau perampokan.

Pertama kali aku tau film ini gara-gara nonton acara talkshow Iqbal dan Umay. Awalnya aku nggak tau film ini ada tapi sewaktu mereka sedikit menyinggung film ini, aku jadi tertarik.

Sewaktu nonton trailernya ekspektasiku pasti film ini kayak film film perampokan lainnya, sejenis Money Heist atau Fast and Furious. Bikin rencana nyuri, nyuri, dan selesai. Ternyata tidak sesimpel itu fergusoo… Okey nggak perlu basa basi, langsung saja kita kupas film Menuri Raden Saleh.

Sebelumnya aku mau disclaim kalau tulisan ini berdasarkan apa yang aku rasakan dan menurut perspektif. Semoga sampai tulisan ini dirilis filmnya belum basi ya wkwkwk…

Sinopsis

Pencurian terbesar abad ini tinggal menghitung hari menjelang tanggal eksekusinya. Komplotan sudah lengkap dan siap menjalankan misi untuk mencuri lukisan sang maestro, Raden Saleh, yang berjudul Penangkapan Diponegoro. Pemalsuan, peretasan, pertarungan, dan manipulasi terjadi dalam pencurian berencana yang dijalankan oleh sekelompok anak muda amatiran.

Impression

Mencuri Raden Saleh

Film Perampokan yang Dibalut Dengan Seni

Awalnya aku berpikir, film ini bakal seperti film-film perampokan lainnya, yang menggunakan teknologi super canggih. Tapi pada film ini aku lebih merasa penekannya pada seni, khususnya seni lukis.

Jujur aku bukalah penikmat seni lukis, tapi lewat film ini aku bisa tau bagaimana sebuah lukisan itu memiliki arti dan bagaimana sebuah lukisan itu dibuat bahkan sampai cara memalsukan sebuah lukisan disini digambarkan. Intinya pada film ini digambarkan bahwa lukisan itu bukan hanya sekedar goresan cat di kanvas.

Apalagi grafis yang disuguhkan begitu apik dan estetik semakin membuat aku yakin film ini dibuat tidak sembarangan.

Sebagai anak muda yang tidak terlalu paham seni, lewat film ini aku bisa tau ternyata Indonesia punya banyak maestro lukis yang genius salah satunya adalah Raden Saleh dan Widayat.

Penuh Plot Twist!

Di Awal film sampai pertengahan aku merasa film ini sama sama saja dengan film perampokan lainnya, nggak ada plot twist yang gimana gimana. Tapi pada saat klimaks film, aku merasa kecewa karena tidak seperti yang aku ekspektasikan.

Pada saat klimaks, digambarkan bahwa Piko dan kawan-kawan gagal menukar kedua lukisan tersebut karena keberadaan polisi di belakang mereka. Padahal sebelumnya tidak ada informasi mengenai adanya pengawalan dari pihak kepolisian. Hal ini membuat rencana mereka tidak berjalan semestinya dan mereka kabur. Tapi sayangnya Tuktuk tertangkap.

Disini aku merasa kecewa karena Piko dan kawan-kawan terlalu panik dan tidak punya rencana cadangan dan aku kira filmnya akan selesai begitu saja.. eh ternyata.. banyak kejutan menarik di bagian selanjutnya.

Misalnya, tokoh Sarah yang tampil badass saat bertarung melawan anak buah Permadi. Padahal sebelum adegan itu, menurutku Sarah tidak terlalu berguna dibanding yang lain. Atau saat scene Budiman, ayah Piko berhasil kabur dari penjara dan menyusup ke pesta Permadi sampai berkelahi dengan Piko demi mendapatkan lukisan Raden Saleh. Serta yang paling menarik adalah saat Piko dan kawan-kawan tetap berhasil membawa lukisan Raden Saleh yang asli sedangkan ayah Piko hanya mendapatkan lukisan Yasser Arafat. Ternyata Piko dkk menjalankan dua rencana sekaligus yaitu mencuri lukisan Raden Saleh dan mencuri lukisan Yasser Arafat.

Pas nonton bagian terakhir ini, aku merasa beneran sedih karena pasti Piko merasa di khianati sama ayahnya sendiri dan aku kira usahanya bakal sia-sia lagi. Tapi belajar dari pengalaman sebelumnya, Piko dkk punya rencana lain dan hal itu sukses membuat penonton geleng-geleng kepala.

Aku sendiri sangat menikmati film ini, sampai tidak terasa dua jam setengah film ini diputar aku tidak merasa bosan bahkan penonton yang lain pun anteng nonton film ini dan tidak ada seorangpun yang keluar bioskop saat film diputar.

Cerita yang Keluar dari Zona Nyaman Perfilman Indonesia

Banyak yang bilang kalau perfilman Indonesia itu cuma bagus di genre horor atau roman picisan. Aku pun setuju dengan pendapat tersebut. Misalnya Pengabdi Setan, KKN di Desa Penari, Dilan, dan masih banyak lagi.

Namun, sejak film ini rilis aku merasa ada angin segar di dunia perfilman Indonesia. Para sutradara sudah berani mengambil genre-genre baru yang sebelumnya jarang diusung oleh sutradara Indonesia. Hal ini patut diapresiasi. Aku sendiri sangat mendukung adanya inovasi-inovasi baru di industri film lokal. Dengan demikian kita bisa membuktikan bahwa karya anak bangsa bisa bersaing dengan film-film luar negeri.


Karakter Pemain Outstanding

Di film ini nggak ada yang namanya karakter menye-menye. Semua tokoh disini digambarkan punya karakter yang kuat. Setiap tokoh disini punya peran masing-masing di dalam tim.

Selain karakternya, tampilannya pun mendukung karakter mereka. Misalnya tokoh Piko the forger punya rambut gondrong. Biasanya kan rambut gondrong identik dengan seniman. Atau Sarah the brute, yang berambut cepak dan badan proporsional ala atlet yang cocok dengan karakternya sebagai cewek badass.


9/10

Sebenarnya aku ingin kasih rating 10/10 tapi ada beberapa detail yang bikin aku gemes karena semua sudah bagus tapi detail-detail ini yang membuat penilaian ku berkurang.

Misal pada saat scene Piko mendatangi pameran lukisan untuk mengecek keaslian lukisan tersebut sampai membuat gaduh, tapi disana Piko tidak menggunakan penutup kepala ataupun masker padahal saat itu kelompok mereka sudah menjadi buron.

Dipikiranku kok bisa pihak keamanan nggak sadar kalo Piko itu buronan polisi. Berasa mudah sekali si Piko ini berkeliaran meski dia lagi buron, padahal temannya yang lain sibuk sembunyi.

Atau di akhir scene yang digambarkan kalau kepolisian lagi mencari Piko dkk. Aku herannya kenapa foto Piko dkk bentuknya masih sketsa kecuali si Ucup. Apakah pada saat kejadian kejar-kejaran nggak ada cctv di area itu atau apa mungkin cctv nya nggak ada teknologi deteksi wajah? Ya sebagai penonton aku cuma bisa bertanya-tanya.


Conclusion

Pada intinya film ini bagus dan yang pengen nonton film lokal tapi genrenya beda fix harus nambahin film ini di list nonton kalian.

Aku pribadi sangat mengapresiasi semua tim yang film Mencuri Raden Saleh. Good job buat Iqbaal and team bisa meranin karakter tokoh film ini dengan apik. Good job juga buat sutradara, Angga Dwimas Sasongko aku tunggu karya-karyamu selanjutnya.

Thank you yang udah baca, kalau kalian ada tambahan, pendapat ataupun perspektif lain langsung komen aja kita diskusi..
Sigalia DP
Hello This Is Sigalia DP Welcome to my Blog! Here I share experiences and things I like. I hope you enjoy it..

Related Posts

Posting Komentar